Partai Garbi Dimotori Fahri Hamzah & Anis Matta

KSBNews, – Politisi Fahri Hamzah berencana mendaftarkan Gerakan Arah Baru Indonesia (Garbi) menjadi partai politik pada akhir tahun ini. Garbi ingin menjadi parpol yang mampu memberi warna baru di tengah politik primordial di Indonesia yang dinilai kaku, beku, dan membosankan.

“Pokoknya akhir tahun ini mudah-mudahan (Partai Garbi didaftarkan ke Kemenkumham),” kata Fahri seperti dikutip Merdeka.com di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (31/7). Dalam sebuah acara televisi pada pertengahan Juli lalu, Fahri pernah menyebut organisasi masyarakat Garbi akan menjadi parpol. Ia berharap hadirnya Partai Garbi mampu menjadi jawaban atas sumpeknya ruang demokrasi di Indonesia. “Kami fasilitasi pikiran-pikiran baru yang lebih segar,” kata Fahri melalui akun Instagramnya @fahrihamzah pada 10 Juli 2019.

Wakil Ketua DPR RI ini memberi sinyal bahwa Partai Garbi akan terbuka bagi siapapun dan tidak terbatas pada aliran tradisional yang ada di Indonesia. Garbi tak ingin terjebak dalam kategori ideologi tertentu. Ia ingin ormas yang akan berubah bentuk ini dikategorikan sebagai parpol yang mengedepankan metodologi dalam menyelesaikan permasalahan bangsa. Hal tersebut dianggapnya lebih produktif sebagai parpol.”Lintas batas siapa saja yang menyepakati cara berpikir yang ditawarkan,” katanya, seperti dikutip dari katadata.co.id

Lahir dari Ide Anis Matta pada 2014

Meski terlihat baru, sebenarnya Garbi bukanlah ide kemarin sore. Berdasarkan sejumlah pemberitaan dari Tempo hingga Merdeka, awalnya ormas ini berasal dari ide Anis Matta saat menjadi Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada 2014 lalu dengan ide bernama Arah Baru Indonesia (ABI). Ormas ini bertujuan menjadi arah baru PKS.

Selain Fahri dan Anis, terdapat nama Mahfudz Siddiq hingga Jazuli Juwaini yang menjadi motor ABI. Konsep yang diusung ABI adalah modernisasi hingga keterbukaan.

Mahfudz menjelaskan, belakangan gerakan ini malah diberangus oleh pengurus PKS pimpinan Sohibul Iman lantaran dianggap kudeta terhadap pengurus pusat. Bukan hanya itu, ia menyebut banyak pengurus PKS di daerah yang dijatuhi sanksi pencopotan karena kerap mengikuti acara ABI ini. 

“Kalau memang dimusuhi, kami cari wadah alternatif,” kata Mahfudz dikutip dari Tempo, Oktober lalu. Bicara soal perselisihan yang bermuara munculnya Garbi memang bukan barang baru di PKS. Riak-riak ini muncul sejak bertahun-tahun lalu di mana ada sebutan ‘Faksi Sejahtera’ yang diasosiasikan kepada Anis, Fahri, dan politisi lainnya yang dianggap muda dengan ‘Faksi Keadilan’ yang berisi kader senior PKS. Anis saat itu dianggap ingin memodernisasi PKS sehingga memunculkan konflik dengan kader senior.

Lewat tangan Sohibul Iman, Anis dan gerbongnya mulai disingkirkan sejak 2015. Fahri juga menjadi salah satu kader yang ditendang sepihak meski akhirnya menggugat PKS dan menang di Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, hingga Mahkamah Agung (MA).

Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera mengatakan, ia mengetahui Garbi akan bertransformasi menjadi parpol. Meski mengucapkan selamat datang, ia juga mengingatkan tantangan yang akan dihadapi parpol pecahan PKS tersebut. “Pesannya, membangun partai itu berat,” kata Mardani.

Arah Partai Garbi akan Makin Jelas Jelang 2024

Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya mengatakan, pecahnya PKS secara organisasi tak terelakkan. Garbi akan menjadi entitas yang paling bersinggungan dengan PKS ke depannya. Apalagi, secara organisasi Anis berjasa membangun infrastruktur PKS sebelum didepak. Meski demikian, ia menyebut Anis juga akan menjadi nakhoda arah Garbi ke depannya. Yunarto menilai, pekerjaan Anis untuk menentukan haluan partai tidaklah mudah. Pasalnya, PKS saat ini mendapat berkah dengan menguatnya pilihan politik primordial dalam Pemilu 2019.

“Apakah Garbi akan mengambil sisi kanan atau memilih cita-cita Anis dan Fahri sebagai partai terbuka,” kata Yunarto, belum lama ini. Oleh sebab itu, ia memprediksi Garbi akan membuka pintu seluas-luasnya bagi siapa yang hendak bergabung. Tokoh-tokoh yang dijaring Partai Garbi bisa saja calon legislator suatu parpol yang gagal terpilih hingga tokoh yang terdampak kisruh di kepengurusan pusat parpol tertentu.

“Namun, massanya akan menjadi jelas jelang Pemilu 2024 nanti,” kata dia. Meski demikian, dia menjelaskan besar atau tidaknya Garbi di masa datang juga bergantung kepada posisi PKS dan politik primordial saat ini hingga lima tahun ke depan. Selain itu, keberadaan PKS sebagai oposisi juga menjadi sinyal bagaimana posisi Garbi dalam peta politik di tanah air. “Kita lihat lima tahun ke depan perkembangan politik aliran primordial ini. Kalau semakin besar berdampak ke PKS, ini tak mudah bagi Garbi,” katanya.(Katadata)