Dikes KSB Himbau Masyarakat Kurangi Konsumsi Gula dan Garam

Sumbawa Barat – Puasa Ramadan tidak hanya bermanfaat untuk mendekatkan diri pada Allah dan lebih banyak beribadah. Puasa Ramadan juga bisa dimanfaatkan untuk mengubah gaya hidup ke arah yang lebih sehat.

Misalnya, dengan mulai mengurangi asupan gula, garam, dan lemak untuk menghindari risiko penyakit.

Saat berbuka puasa, kebanyakan dari kita mengkonsumsi makanan dan minuman yang manis untuk mengembalikan stamina setelah seharian penuh menahan lapar dan dahaga.

Namun, jika berlebihan dalam mengonsumsi yang manis, akan berdampak buruk bagi kesehatan tubuh. Manisan tersebut akan memicu kadar gula darah meningkat.

“Untuk itu, Dikes menyarankan untuk mengurangi konsumsi yang manis,” Kepala Dinas Kesehatan, H.Tuwuh melalui Kepala Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Erziawaty S.KM pada media, Selasa (27/4) pagi tadi.

Prilaku masyarakat sering menggunakan takjil yang manis-manis. Kebiasaan itu, menurutnya, boleh-boleh saja asalkan jangan berlebihan.

Gerakan hidup sehat selama ramadhan harus ditegakkan oleh setiap insan. Tubuh juga perlu mengembalikan kadar gula darah dengan mengonsumsi makanan atau minuman manis. Untuk itu, pihaknya menyarankan kepada masyarakat untuk berbuka menggunakan buah segar atau diolah menjadi jus buah yang manis, seperti melon atau semangka.

“Manis alami dari buah inilah tubuh akan memperoleh manfaat menaikkan kadar gula yang dibutuhkan tubuh dan menyehatkan tubuh. Bukan dari manisan yang mengandung pengawet buatan,” bebernya seraya mengatakan buah kurma juga baik dikonsumsi sebagai menu pendukung berbuka.

Sementara penderita diabetes, Dikes menghimbau untuk tidak mengonsumi makanan yang memicu kadar gula darah melonjak.

“Banyak cara menjaga kebugaran tubuh saat ramadhan. Olahraga fisik yang ringan, konsumsi buah-buahan dan sayur mayur yang segar serta istrihat yang cukup,” papar Kasi Promkes itu.

Ia juga menyarankan, agar tubuh tetap sehat untuk selalu konsumsi makanan dengan gizi seimbang terlebih batasi gula, garam dan minyak.

“Rasa merupakan masalah kebiasaan. Komitmen untuk mengurangi yang harus kuat. Itu yang paling penting untuk meneguhkan diri kita,” gugahnya.

Erzi meyakinkan, perjuangan tersebut tidak akan sia-sia karena kesehatan merupakan investasi yang paling berharga untuk masa depan.

“Semoga ini menjadi catatan bagi kita semua untuk kesehatan bersama,” demikian Erziawati.