Oleh : Indra Irawan LM, S.Kom (Ketua DPW Jurnalis Online Indonesia Provinsi NTB)
Sumbawa Barat punya sejarah manis kepemimpinan yang harmonis dua periode sebelumnya, ketika Bupati Dr.KH.Zulkifli Muhadli,MM kembali berpasangan dengan wakilnya Drs.H.Mala Rahman dan sukses memimpin hingga akhir masa jabatan dua periode 2005-2010 kemudian dilanjutkan 2010-2015.
Dibanyak tempat di Indonesia, bukan menjadi rahasia lagi jika ada Bupati dan Wakil Bupati yang menjabat, dimana sebelumnya berpasangan dengan mesra menuju Pilkada, namun ditengah jalan bubar kongsi menuju periode kepemimpinan berikutnya.Bahkan dibeberapa tempat terjadi gontok-gontokkan antara Bupati dan Wakil Bupati sebagai pemimpin daerah.
Keharmonisan Kepemimpinan di Sumbawa Barat kembali diuji menghadapi Pemilihan Kepala Daerah 2020 mendatang.
Pasangan F3 (Firin-Fud, red) , Dr.H.W Musyafirin,MM dan Fud Syaifuddin yang kini menjabat sebagai Bupati dan Wakil Bupati Sumbawa Barat 2015-2020, memiliki potensi yang sama mengikuti jejak kepemimpinan KSB sebelumnya, sebagian publik pun seperti tersirat di jejaring Media Social beberapa pekan terakhir berharap demikian, apalagi kedua tokoh ini cukup kompak dalam memimpin KSB sejauh ini.
Secara eksplisit memang belum ada pernyataan resmi keduanya.Namun sinyalemen politik kearah sana juga sedikit terkuak, ketika Partai PPP, yang notabene menjadi rumah bagi Wakil Bupati, Fud Syaifuddin,ST saat ini dan juga menjadi salah satu kendaraan Politik F3 pada Pilkada sebelumnya, dimana jelang Pemilu lalu menyatakan tegas kembali mendukung pasangan ini di Pilkada mendatang.
Namun, PDIP yang merupakan Parpol Bupati KSB, Dr.H.W Musyafirin,MM secara nyata pada Pemilu 2019 lalu, sukses menjadi pemenang di KSB dengan torehan suara yang cukup fantastis sepanjang sejarah Pemilu di KSB.
Berdasarkan hasil rekapitulasi akhir oleh KPU setempat, PDIP memperoleh suara 14.823 suara dari 3 Daerah Pemilihan yang ada, dan berhasil menempatkan 5 kadernya duduk di Gedung Dewan Tebet, DRPD KSB.
Itu artinya, PDIP jika mau “egois” cukup syarat dengan 5 kursi bisa mendorong kadernya sendiri berpasangan menuju Pilkada mendatang, tanpa harus koalisi dengan Parpol manapun.
Sebut saja nama-nama politisi senior yang dimiliki PDIP seperti Kaharuddin Umar (Ketua DPD PDIP KSB), M.Saleh, S.E (Caleg PDIP Terpilih) misalnya, bisa saja digadang berpasangan dengan Dr.H.W Musyafirin, dan tidak menutup kemungkinan sukses melalang buana hingga Graha Fitrah guna menjaga trend kepemimpinan dan kemenangan hari ini, dan dalam jangka panjang sepanjang sejarah politik di KSB, memberikan kesempatan kepada kader lain terutama di eksekutif, sama artinya memberikan jalan tol bagi kader diluar Parpol untuk berkuasa di masa selanjutnya.
Namun hitungan politik tidak bisa semudah itu, koalisi bukan hanya cara menepis ambisi dan kepercayaan diri sebagai kekuatan politik, apalagi ditengah situasi politik yang bisa saja berubah sewaktu waktu, namun koalisi juga merupakan kompromi saling menguntungkan menuju kemenangan dan sukses dalam kepemimpinan.
Kembali kepada, kemungkinan dan harapan publik agar F3 melanjutkan kepemimpinan KSB mendatang, tentu kekuatan keduanya jika dipadukan semakin solid dan kembali menjadi momok bagi pesaingnya di Pilkada 2020, dan jika terus menunjukkan harapan publik maka tak menutup kemungkinan koalisi inipun akan bertahan di pertaruhan politik KSB.
Hitungan awalnya jika berdasarkan kalkulasi Politik Pileg lalu, PDIP (5 Kursi) dikawinkan dengan PPP (2 Kursi) ada 7 kursi, dimana torehan suara PDIP 14.823 ditambah PPP dengan suara 6.114 (berdasarkan Data KPU) maka akan ketemu 20.937 suara, belum lagi koalisi dengan Parpol lainnya yang tidak menutup kemungkinan kembali mengusung pasangan ini, jika berkaca pada Pilkada perdana bagi pasangan ini sebelumnya, mampu membangun koalisi gemuk melebihi 50 persen suara di Parlemen, tentu dengan status petahana ramuan politik tersebut bisa jadi kembali terulang.