Ekosistim Mangrove Gili Balu, dapat perhatian berbagai pihak

KSBNEWS.COM — Kondisi ekosistem hutan mangrove terus mengalami penurunan kwalitas serta mengalami penyempitan.yang disebabkan Masi kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya ekosistim mangrove.

Menurut data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) 1,81 juta hektar mangrove di Indonesia rusak. Kondisi ini juga terjadi diwilayah perairan NTB termasuk di pulau Sumbawa.

Hal ini terungkap dalam kegiatan
Training on appropriate method
to restore and rehabilitate mangrove in Gili Balu
Kabupaten Sumbawa Barat
Yang berlangsung Kamis (17-18) Juni 2021 di Aula Kantor desa Tambak sari kecamatan Poto tano Kabupaten Sumbawa Barat

Kegiatan yang diselerselenggarakan oleh Loh Sumbawa, SUCUFINDO, ICCTF-ADB dan Kementerian PPN/Bappenas.ini melibatkan 4 desa pesisir di wilayah Gili balu.

Ketua panitia Penyelenggara Yani Sagaroa, menyebutkan bahwa akibat penyempitan lahan mangrove ini disebabkan karena masih kurangnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya ekosistim mangrove. Ungkap Yani sapaan akrab direktur Lembaga Olah Hidup Sumbawa ini.

Akibatnya menurut Yani Sagaroa membuat banyak kalangan prihatin dan khawatir akan keberadaan ekosistem mangrove yang kian hari makin menyempit.

“Mangrove banyak manfaat dan fungsi, baik secara ekologis, ekonomi maupun social”. Jelas Yani Sagaroa

Menurut Yani Sagaroa, bahwa
Secara ekologis Ekosistem mangrove mempuanyai specifikasi dan keunikan tersendiri, karena merupakan percampuran awal kultur ekosistem pesisir dan daratan yang mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi. Dan dapat berfungsi sebagai pengaman atau stabilisasi pantai dari abrasi dan erosi. sekaligus sebagai pencegah intrusi air laut ke daratan. Terang Yani

Selain itu, Yani Sagaroa juga menjelaskan Tujuan dari kegiatan TOT ini, disamping meningkatkan kapasitas, pengetahuan dan ketrampilan masyarakat dalam upaya restorasi ekosistem mangrove khususnya diwilayah Gili Balu Sumbawa Barat ” kegiatan ini semata -mata dihajatkan untuk meningkatkan pemahaman serta pengetahuan akan pentingnya ekosistim magrove, serta meningkatkan ketrampilan teknis pembibitan mangrove bagi peserta”.ujar Yani

Sementara itu, Projec Cordinator Sucofindo Edward Danakusumah memgatakan bahwa pihaknya sangat mendorong tata kelola Gili Balu, secara berkelanjutan
Membangun ekosistim lingkungan serta Merestorasi wilayah Gili Balu, yang disebabkan karena adanya nya ekosistim yang berubah dibeberapa titik.
“Kami suda melakukan survey dibeberapa wilayah Gili Balu ini, ternyata tidak semuanya ekosistim mangrove rusak hanyak saja terdapat di beberapa titik”. Ungkap Edward Danakusumah
Umrukmitu, melalui kegiatan ini pihaknya sangat mengharapkan
Terbinanya persaudaraan dengan masyarakat setempat karena dengan persaudaraan dan silaturrahmi yang baik maka akan mempermudah segala hal.

“Saya pada prinsipnya melalui kegiatan ini sangat mengharapkan adanya rasa persaudaraan yang terbangun antara kita, karena dengan rasa persaudaraan semuanya akan mudah dilakukan”. Jelasnya

Untuk itu, pihaknya juga menjelaskan tentang beberapa program yang telah di siapkan dalam rangka meningkatkan pola tangan dan pengolahan hasil laut seperti program penagkapan ikan gurita.
Dalam rangka mengembangkan hasil laut diwilayah ini”.
Termasuk program penagkapan gurita. ” Bappenas nantinya hanyak berperan untuk mempasilitasi program ini, dan kami berharap kerjasama ini kita bangun dengan jalinan silaturrahmi”. Ujar Edward Danakusumah. (J)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *